Pages

Minggu, 16 Oktober 2011

FUNGI (JAMUR)

BAB II
PEMBAHASAN
FUNGI (JAMUR)
A.    CIRI-CIRI JAMUR
Jamur termasuk organisme eukariotik karena sel penyusunnya telah memiliki membran inti. Sel jamur juga memiliki dinding sel dari bahan kitin (chitine) yang merupakan polimer karbohidrat mengandung nitrogen. Zat ini juga terdapat pada eksoskeleton hewan arthropoda, seperti laba-laba dan serangga. Senyawa kitin bersifat kuat, tetapi fleksibel. Ini berbeda dengan tumbuhan umum yang dinding selnya tersusun dari selulosa dan bersifat kaku.
Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler), contohnya jamur ragi tape (Saccharomyces sp). Tubuh jamur bersel banyak terdiri atas benangbenang halus yang disebut hifa. Kumpulan hifa jamur membentuk anyaman yang disebut miselium. Pada jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta), inti selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti banyak. Jamur jenis ini disebut jamur senositik (coenocytic). Sedang yang bersekat umumnya berinti satu dan disebut sebagai jamur monositik (monocytic).
Bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi jamur tidak memiliki daun dan akar sejati. Selain itu, jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu berfotosintesis. Dengan demikian, jamur merupakan organisme heterotrop, yaitu organisme yang cara memperoleh makanannya dengan mengabsorbsi nutrisi dari lingkungannya atau substratnya. Sebelum mengabsorbsi makanan yang masih berupa senyawa kompleks, ia mensekresikan enzim hidrolitik ekstraseluler atau ferment untuk menguraikannya lebih dahulu di luar selnya.
Jamur ada yang hidup sebagai parasit, ada pula yang bersifat saprofit. Selain itu, ada pula yang bersimbiosis dengan organisme lain secara mutualisme. Sebagai parasit, jamur mengambil makanan langsung dari inangnya. Jamur jenis ini memiliki haustorium, yaitu hifa khusus untuk menyerap makanan langsungm dari inangnya. Sebagai saprofit, jamur mengambil makanan dari sisa-sisa organisme lain yang telah mati. Jamur yang bersimbiosis, mengambil nutrisi berupa zat organik dari organisme lain dan organisme itu mendapatkan zat tertentu yang bermanfaat dari jamur tersebut.
Jamur dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Meski demikian, perkembangbiakan secara seksual lebih mendominasi karena dilakukan oleh hampir semua jamur tersebut.
B.     KLASIFIKASI JAMUR
      Para ahli biologi memperkirakan di seluruh dunia terdapat sekitar m1,5 juta spesies jamur. Diantaranya baru sekitar 100.000 spesies jamur yang telah diketahui. Secara filogenetik jamur digolongkan ke dalam 5 divisio, yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota .
1.      Chytridiomycota
Divisio Chytridiomycota sering dianggap sebagai bentuk peralihan antara divisio Protista dengan division Jamur. Akan tetapi, para ahli sistematika molekuler yang membandingkan urutan protein dan urutan asam nukleat divisio ini dengan jamur, telah menemukan bukti bahwa Chytridiomycota termasuk golongan jamur. Sebagian besar Chytridiomycota merupakan organisme akuatik, beberapa di antaranya bersifat saprofitik dan parasit pada invertebrata akuatik. Ciri utama divisio ini adalah nutrisi yang absorbtif dan dinding selnya tersusun atas senyawa chitin, memiliki hifa senositik dan bereproduksi dengan membentuk zoospora berflagel. Contohnya Chytridium.
2.      Zygomycota
Sekitar 600 spesies jamur telah diidentifikasi masuk ke dalam divisio Zygomycota. Sebagian besar mereka merupakan organisme darat yang hidup di tanah atau pada tumbuhan dan hewan yang membusuk. Ada di antaranya yang membentuk mikorhiza, yaitu asosiasi saling menguntungkan antara jamur-jamur dari divisio ini dengan tumbuhan tinggi.
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat reproduksi saja. Reproduksi seksualnya melalui peleburan gamet yang membentuk zigospora.
Ciri-ciri Zygomycotina
Zigomycotina memiliki ciri-ciri sebagaiberikut:
a. Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik (mempunyai beberapa inti).
b. Dinding sel tersusun dari kitin.
c. Reproduksi aseksual dan seksual.
d. Hifa berfungsi untuk menyerap makanan, yang disebut rhizoid. Contoh: Rhizopus oligoporus (jamurtempe.
Contoh yang paling mudah didapat dari anggota divisio ini adalah Rhizopus stoloniferus. Jamur ini hidup sebagai pengurai sisa organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. Ada pula yang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti roti, nasi, wortel, jambu dan lain-lain. Meskipun demikian ada yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) dan asam-asam organik yang berguna bagi kita.
Rhizopus stoloniferus dapat berkembang biak secara aseksual. Prosesnya dimulai dengan spora yang berkecambah tumbuh menjadi hifa senositik yang bercabang-cabang, lalu pada empat hifa tertentu akan tumbuh sporangium yang disangga oleh sporangiofor. Di dalam sporangium terbentuk spora aseksual dalam jumlah besar. Kumpulan sporangiofor ditunjang oleh rizoid yang menyerap makanan dan air dari substratnya. Hifa di antara dua kumpulan sporangiofor yang dinamakan stolon (gambar 6.3). Dinding sporangium yang sangat rapuh luluh ketika spora menjadi matang. Setelah sporangium pecah, spora akan bertebaran dibawa angin. Di tempat yang sesuai, spora tersebut akan berkecambah.
Contoh lain Zygomycotina adalah Mucor mucedo. Ia hidup saprofit misalnya pada roti atau kotoran hewan. Jamurini mempunyai keturunan diploid yang lebih singkat dari Rhizopus pylobolus yang sering ditemukan tumbuh pada kotoran kuda mempunyai sporangium yang dapat menunjukkan gerak fototropi, yaitu gerak tumbuh membengkoknya sporangium ke arah datangnya cahaya.
3.      Ascomycota
Lebih dari 600.000 spesies Ascomycota telah dideskripsikan. Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak).
a.       Ciri-ciri Ascomycota
Ascomycotina memiliki ciri-ciri, antara lain:
a.       Hifa bersekat-sekat dan di tiap sel biasanya berinti satu.
b.      Bersel satu atau bersel banyak.
c.       Beberapa jenis Ascomycotina dapat bersimbiosis dengan ganggang hijau dan ganggang biru membentuk lumut kerak.
d.      Mempunyai alat pembentuk spora yang disebut askus, yaitu suatu sel yang berupa gelembung atau tabung tempat terbentuknya askospora. Askospora merupakan hasil dari reproduksi generatif.
e.       Dinding sel dari zat kitin.
f.       Reproduksi seksual dan aseksual.
Contoh:
a. Sacharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti.
b. Penicillium chrysogenum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
c. Penicillium notatum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
d. Neurospora sitophilla, untuk pembuatan oncom.
e. Neurospora crassa, untuk penelitian genetika, karena daur hidup seksualnya hanya sebentar.
b.      Reproduksi Ascomycota
Reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif (aseksual) dan generative (seksual).
a. Aseksual
1) Bersel Satu (Uniselluler)
Dengan membentuk tunas, misalnya pada Sacharomyces cereviceae.
2) Bersel Banyak (Multiseluler)
Dengan konidia (konidiospora), misalnya pada Penicillium. Konidiospora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai berjumlah empat butir oleh ujung suatu hifa, hifa tersebut disebut konidiofor.
b. Seksual
1) Bersel satu
Konjugasi antara dua gametangia (misalnya dua sel Sacharomyces, berfungsi sebagai gametangia), menghasilkan zigot diploid (2n). Zigot membesar menjadi askus. Di dalam askus terbentuk delapan askosporayang tersusun dalam dua jalur atau satu jalur. Di dalam askus terjadi meiosis dan terbentuk empat askospora haploid (n).
2) Bersel banyak
a) Hifa membentuk antheridium dan askogonium (oogonium).
b) Askogonium membentuk tonjolan yang disebut trikogen yang menghubungkan antara askogonium dan antheridium.
c) Inti-inti askogonium berpasangan dan inti tersebut membelah membentuk hifa yang berisi satu pasang inti (hifa dikarion= hifa berinti dua).
d) Hifa dikarion kemudian memanjang dan membentuk miselium yang akan membentuk badan buah.
e) Selanjutnya ujung-ujung dikarion membentuk askus.
f) Dua inti sel bersatu, kemudian mengadakan pembelahan meiosis, sehingga terbentuk askospora yang haploid.
a.       Genus Saccharomyces
Jamur ini tidak memiliki hifa sebagaimana jamur yang lain. Tubuhnya terdiri atas sel bulat atau oval. Spesies yang terkenal dari genus Saccharomyces ini adalah jenis Saccharomyces cerevisiae. Sel-sel Saccharomyces cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke dalamnya, sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya nucleus mdalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknya atau membentuk tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat membentuk koloni dengan 20 kuncup.
Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae berfungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid (2n) membelah secara meiosis, membentuk empat sel haploid (n). Intiinti haploid tersebut akan dilindungi oleh dinding sel sehingga mem-bentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya,m empat askospora akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar. Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual.
Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fase haploid (n) dalam daur hidupnya. Saccharomyces cerevisiae, memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Jamur ini digunakan dalam proses fermentasi pada pembuatan tape roti, dan pembuatan minuman beralkohol. Reaksi fermentasi yang umum melibatkan Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai berikut:
C6H12O6 →2 C2H5OH + CO2 + 2 ATP
Gula sederhana (etanol) (glukosa atau fruktosa) Pada pembuatan minuman beralkohol, kadar alkohol yang terbentuk dibatasi oleh penghambatan aktivitas khamir pada kadar yang berbeda, yaitu 3% - 5% pada pembuatan bir dan hingga 14% pada pembuatan minuman anggur. Jika minuman beralkohol memiliki kadar lebih dari itu berarti ke dalamnya ditambah alkohol atau difermentasi lanjut dengan destilasi. Pada pembuatan roti, gas CO2 yang terbentuk akibat proses peragian menyebabkan adonan mengembangnya dan alkohol yang terbentuk akan hilang dengan sendirinya karena proses pembakaran.
b.      Genus Neurospora
Neurospora mudah ditemukan di bekas kayu terbakar pada musim penghujan, konidianya berwarna oranye. Jika dengan mikroskop, konidia jamur ini tampak berderet membentuk rangkaian spora yang tumbuh menurut arah jari-jari. Di Jawa Barat, jamur ini digunakan untuk pembuatan oncom, yaitu tempe dengan bahan dari ampas tahu atau bungkil kacang tanah. Jamur ini banyak digunakan para ahli sebagai bahan penelitian sitogenetika.
Semula, sebelum diketahui fase perkembangbiakan seksualnya, jamur ini dimasukkan ke dalam golongan Jamur Tidak Sempurna atau Fungi Imperfecti dan diberi nama Monilia sithophila. Sejak penemuan fase seksualnya oleh B.O.Dodge pada tahun 1926, bahwa jamur ini menghasilkan askus maka jamur ini dimasukkan ke dalam golongan Ascomycota. Sedangkan fase aseksualnya sudah lama diketahui, yaitu sejak tahun 1843.
c.       Genus Aspergillus
Fase perkembangbiakan aseksual Aspergillus menghasilkan konidium yang disangga konodiofor. Ujung konidiofornya berbentuk seperti bola dengan sejumlah cabang yang masing-masing menyangga ranting konidium. Jamur ini tumbuh sebagai saproba pada berbagai macam bahan organik, seperti roti, olahan daging, butiran padi, kacangkacangan, makanan dari beras atau ketan, dan kayu. Jamur ini dapat bertahan hidup dalam keadaan asam, kandungan gula tinggi, atau kadar garam tinggi, pada keadaan itu bakteri terhambat pertumbuhannya. Beberapa spesies jamur ini, misalnya Aspergillus fumigatus menyebabkan Aspergilosis pada unggas. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan akibat menghirup udara yang mengandung spora dari kotoran yang berjamur. Meskipun jarang dijumpai, penyakit ini dapat menyerang manusia. Pada manusia, gejala penyakit ini sangat mirip dengan gejala TBC yang disebabkan bakteri. Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin, suatu senyawa racun yang diduga menyebabkan kanker hati. Jamur ini dapat dijumpai pada kacang tanah atau produk makanan yang terbuat dari kacang tanah. Oleh karenanya, hindarilah mengkonsumsi kacang tanah yang sudah tidak segar atau produk makanan dari kacang tanah yang permukaannya mulai berubah warna. Aspergillus ada juga yang bermanfaat bagi manusia, seperti A. niger menghasilkan asam sitrat dan A. oryzae yang menghasilkan enzim amylase untuk merombak amilum dalam pembuatan minuman beralkohol, juga digunakan dalam pembuatan kecap, tahu, dan taoco.
d.      Genus Penicillium
Pada tempat-tempat yang ditumbuhi Aspergillus dapat juga ditemukan Penicillium. Fase aseksual jamur ini menghasilkan konidium yang disangga oleh konidiofor. Berbeda dengan Aspergillus, konidiofor Penicillium bercabang-cabang, dan masing-masing menyangga sekumpulan cabang yang lebih pendek. Beberapa spesies Penicillium digunakan dalam pembuatan keju, seperti P.camemberti dan P.requoforti yang memberikan aroma khas pada keju. P.notatum dan P.chrysogenum menghasilkan penisilin. P.digitarum dan P.italicum dapat menyebabkan kerusakan pada buah jeruk. P.expansum menyebabkan buah apel membusuk di tempat penyimpanan. Dan pernahkah kamu menjumpai beras berubah menjadi berwarna kuning saat disimpan? Beras semacam ini sering disebut "yellow rice". Penyebabnya adalah P.islandicum.
4.      Basidiomycota
Nama Basidiomycota berasal dari kata basidium, yaitu suatu tahapan diploid dalam daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti gada. Pada umumnya jamur ini merupakan saproba yang penting. Aktivitasnya adalah menguraikan polimer lignin pada kayu dan berbagai bagian tumbuhan yang lain. Jika kamu menjumpai orang memanfaatkan jamur sebagai bahan makanan maka yang dimaksud adalah "mushroom" atau jamur kelenthos (puffball). Keduanya termasuk Basidiomycota yang sangat populer, di samping beberapa jenis jamur lain yang biasa dimasak sebagai bahan makanan. Sekitar 25.000 spesies dari divisio ini telah diidentifikasi.
Ciri-ciri Basidiomycota
Basidiomycotina memiliki ciri-ciri, antara lain:
a. Hifanya bersekat, mengandung inti haploid.
b. Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri
dari bagian batang dan tudung. Pada bagian bawah tudung tampak
adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan tempat
terbentuknya basidium. Tubuh buah disebut basidiokarp.
c.       Reproduksi secara seksual dan aseksual.
d.      Miselium ada 3 macam, yaitu:
1) Miselium primer, yaitu miselium yang sel-selnya berinti satu hasil pertumbuhan basidiospora.
2) Miselium sekunder, yaitu miselium yang sel-selnya berinti dua.
3) Miselium tersier, yaitu miselium yang terdiri atas miselium sekunder yang terhimpun membentuk jaringan yang teratur pada pembentukan basidiokarp dan basidiofor yang menghasilkan basidiospora.
Contoh:
a. Volvariella volvacea (jamur merang), enak dimakan.
b. Auricularia politricha (jamur kuping), enak dimakan.
c. Amanita caesarina, enak dimakan.
d. Amanita verma, beracun.
e. Ganoderma applanatum (jamur kayu).
f. Puccinia graminis, parasit pada Gramineae.
g. Puccinia arachidis, parasit pada tanaman kacang tanah.
h. Phakospora pachyrhizi, parasit pada tanaman kedelai.
Reproduksi Basidiomycota
Reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif (aseksual) dan generative (seksual):
a. Aseksual
Dengan membentuk spora vegetatif berupa konidia atau dengan fragmentasi.
b. Seksual
1) Spora berinti haploid+ dan haploid– tumbuh menjadi hifa+ dan hifa–.
2) Hifa+ dan hifa– akan melebur menjadi hifa dikariotik (2 inti).
3) Hifa dikariotik tumbuh menjadi miselium dan akhirnya membentuk tubuh buah (basidiokarp).
4) Ujung-ujung hifa pada basidiokarp menggelembung (disebut basidium) dan dua inti haploid menjadi satu inti diploid.
5) Inti diploid membelah secara meiosis menjadi 4 inti haploid. Basidium membentuk 4 tonjolan dan masing-masing tonjolan diisi 1 inti haploid yang akan berkembang menjadi spora disebut basidiospora.
6) Basidiospora yang sudah masak akan terlepas dari basidium dan jika jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa.
Daur hidup Basidiomycota
Fase aseksual Basidiomycota ditandai dengan pembentukan konidium, sedangkan fase seksualnya ditandai dengan membentuk basidiospora. Spora pada konidium maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai tumbuh membentuk hifa bersekat melintang yang berinti satu (monokariotik). Selanjutnya , hifa akan tumbuh membentuk miselium. Di antara hifa ada yang berjenis (+) dan ada yang (-). Jika hifa (+) dan hifa (-) bertemu, bersentuhan, maka dinding sel yangm membatasi keduanya akan melebur, sehingga terbentuk saluran sel. Hifanya kemudian menjadi berinti dua (dikariotik). Sel hifa dikariotik terus tumbuh menjadi miselium. Dari miselium ini muncul tubuh buah (basidiocarp). Tubuh buah akan membentuk basidium.
Di dalam basidium, inti yang mula-mula dua buah (masing-masing haploid) melebur menjadi satu inti diploid. Inti diploid akan membelah secara meiosis dan menghasilkan 4 basidiospora haploid. Demikian seterusnya daur hidup berulang lagi! Beberapa contoh Basidiomycota yang penting adalah sebagai berikut.
1) Volvariella volvacea dan Agaricus bisporus, jamur yang dibudidayakan untuk dimasak sebagai bahan makanan. Jamur ini ditanam pada medium yang mengandung selulosa (misalnya jerami) dengan kelembapan tinggi.
2) Auricularia polytrica (jamur kuping), jamur ini enak dimakan, hidup pada batang tumbuhan yang telah mati.
Beberapa contoh Basidiomycota yang merugikan adalah sebagai berikut.
1) Puccinia graminis, jamur ini hidup parasit pada rumput.
2) Ustilago maydis, jamur ini parasit pada tanaman jagung, menyerang sukam daun , tongkol, jumbai dan tangkai. Kamu yang paling menyolok jika tanaman jagung diserang jamur ini adalah adanya beberapa butiran jagung pada tongkolnya menjadi jauh lebih besar dari ukuran normal.
3) Ganoderma pseudoferreum, jamur ini penyebab busuk akar pada tanaman coklat, kopi, teh, karet dan tanaman perkebunan lain.
4) Ganoderma applanatum, jamur ini menyebabkan kerusakan pada kayu.
5.      Deuteromycota
Setelah mengetahui bahwa pengelompokan jamur dibedakan oleh macam spora seksual yang dihasilkannya, yaitu askospora dan basidiospora. Tetapi setelah para ahli mengadakan penelitian ternyata ada beberapa jenis yang belum diketahui reproduksi seksualnya, sehingga cara perkembangbiakannya dilakukan secara aseksual. Untuk itulah para ahli mengelompokkan secara khusus jamur ini, yaitu dalam kelompok Deuteromycota atau sering disebut fungi imperfecti. Ada sekitar 25.000 species jamur ini, misalnya Tinea versicolor penyebab panu, Epidermophyton floocossum penyebab penyakit kaki atlet, Microsporium penyebab penyakit rambut dan kuku, Trichophyton dan Epidermophyton penyebab penyakit kulit dan kuku.
Ciri-ciri Deuteromycota
1. Hifa bersekat dan dinding sel tersusun dari bahan kitin.
2. Terbentuk spora secara vegetatif dan belum diketahui fase kawinnya (jamur tidak sempurna atau imperfekti).
3. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
4. Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia, dan tanaman budidaya.
Contoh:
1. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
2. Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
3. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
4. Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
5. Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
6. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala.
C.    SIMBIOSIS ANTARA JAMUR DENGAN MAKHLUK HIDUP LAIN
1.      Mikoriza 
Pohon pinus dapat hidup dengan subur karena terjadinya simbiosis antara jamur melalui hifanya yang masuk dalam akar tanaman pinus. Pinus akan mendapatkan air serta unsur-unsur hara dan jamur tersebut akan mendapatkan zat organiknya. Jamur ini dinamakan mikoriza. Jamur yang membentuknya biasanya dari golongan Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota.
ada dua jenis Mikoriza, yaitu pada akar pinus merupakan ektomikoriza dan endomikoriza pada akar kacang. Pada ektomikoriza, terlihat hifanya tidak menembus di dalam akar (korteks), tetapi hanya sampai pada epidermis saja. Adanya jamur ini, akar sudah tidak memerlukan bulu akar, tetapi tanaman tersebut sudah mendapatkan air dan unsur hara lebih dari cukup berkat jamur ini. Karena itulah tumbuhan ini tahan terhadap kekeringan dan terlindung dari serangan jamur lain yang berbahaya. Jamur ini tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa menggunakan akar inangnya. Adapun pada endomikoriza, hifanya akan menembus akar sampai ke bagian korteks. Jamur ini selain terdapat pada akar polong-polongan juga dapat hidup di akar anggrek, akar sayuran seperti kol. Kebalikan dari ektomikoriza,jamur ini mampu hidup tanpa ada inangnya. Hidupnya di mana-mana, asalkan pada tanah. Manfaatnya sama dengan ektomikoriza, selain itu dapat pula membantu pertumbuhan bintil akar untuk fiksasi nitrogen.

2.      Lumut Kerak (Lichenes)
Sepintas, terlihat seperti organisme tunggal dan seperti species lumut. Bentuknya berupa lembaran tipis seperti kerak. Sebenarnya lumut kerak ini merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin sel-sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Jamurnya adalah golongan Ascomycota atau Basidiomycota dengan alga hijau/Chlorophyta atau alga biru/Cyanophyta yang uniseluler. Ada sekitar 18.000 species Lichenes yang sudah diidentifikasi. Lichenes ini mampu hidup pada lingkungan yang kurang baik, dapat ditemukan di bebatuan. Karena mampu hidup pada batu-batuan, Lichenes ini dikatakan sebagai organisme perintis yang mampu hidup di atas batu. Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan permukaan batuan dan menambahkan kandungan zat-zat yang dimiliknya. Lichenes dapat juga digunakan sebagai indikator pencemaran udara, karena dia tidak mampu hidup pada udara yang sudah tercemar. Jadi, apabila di suatu daerah tidak ada Lichenes, ini menunjukkan bahwa udara di daerah tersebut sudah tercemar. Selain itu, Lichenes dapat dimanfaatkan pula sebagai obat, digunakan sebagai penambah rasa dan aroma, serta pigmen yang dihasilkan dapat dibuat kertas lakmus celup untuk menentukan indicator pH.
Lumut kerak yang talusnya seperti kerak dan melekat erat substratnya dinamakan krustosa, misalnya Physcia. Jika talusnya berbentuk seperti daun dinamakan foliosa, misalnya Parmelia. Jika bentuk talusnya tegak seperti semak atau mengantung seperti pita/jumbai dinamakan fruktikosa, misalnya Usnea (lumut janggut) yang melekat pada pucuk pohon di daerah pegunungan. Sejak dahulu, Usnea dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena mengandung asam usnin, yang merupakan bahan antibiotic.
Lichenes memperbanyak diri secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan cara fragmentasi, yaitu dengan potongan lumut kerak, maka induk akan terlepas. Apabila jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Dapat juga dilakukan dengan membuat struktur khusus yang disebut soredia, yaitu sel-sel alga yang terbungkus olehhifa, terdapat pada permukaan talus Lichenes, warnanya putih seperti tepung. Sel-sel alga ini dapat terlepas, jika jatuh pada tempat yang cocok, maka akan tumbuh menjadi Lichenes baru. Adapun perkembangbiakan jamur dan alga secara seksual dilakukan sendiri-sendiri. Jamur dapat membentuk askokarp atau basidiokarp yang mengandung spora. Jika sporanya masak akan pecah dan terlepas kemudian dibawa angin. Jika jatuh di tempat yang cocok dan bertemu dengan alga, maka akan terbentuk Lichenes.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jamur adalah organisme eukariotik yang memiliki dinding sel dari bahan kitin.Umumnya jamur merupakan organisme multiseluler, tapi ada juga yang uniseluler. Tubuh jamur multiseluler terdiri atas hifa, lalu kumpulan hifa membentuk meselium.
Secara filogenetik jamur digolongkan ke dalam 5 divisio:
1.      Chytridiomycota
Divisio Chytridiomycota sering dianggap sebagai bentuk peralihan antara divisio Protista dengan division Jamur. Ciri utama divisio ini adalah nutrisi yang absorbtif dan dinding selnya tersusun atas senyawa chitin, memiliki hifa senositik dan bereproduksi dengan membentuk zoospora berflagel. Contohnya Chytridium.
2.      Zygomycota
Tubuh Zygomycota tersusun atas hifa senositik. Septa hanya ditemukan pada hifa bagian tubuh yang membentuk alat reproduksi saja. Reproduksi seksualnya melalui peleburan gamet yang membentuk zigospora.
3.      Ascomycota
Tubuh jamur ini tersusun atas miselium dengan hifa bersepta. Pada umumnya jamur dari divisio ini hidup pada habitat air bersifat sebagai saproba atau patogen pada tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak).
4.      Basidiomycota
Pada umumnya jamur ini merupakan saproba yang penting. Aktivitasnya adalah menguraikan polimer lignin pada kayu dan berbagai bagian tumbuhan yang lain.
5.      Deuteromycota
Ciri Deuteromycota:
a)      Hifa bersekat dan dinding sel tersusun dari bahan kitin.
b)      Terbentuk spora secara vegetatif dan belum diketahui fase kawinnya
c)      Reproduksi aseksual dan seksual belum diketahui.
d)     Banyak yang bersifat merusak
Simbiosis antara jamur dengan mahluk hidup lain :
1.      Mikoriza
2.      Lumut kerak
DAFTAR PUSTAKA
Kitinnah, Idun, dkk. 2006, Biologi 1 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : PustakaPerbukuan, Departemen Pendididkan Nasional.
Anshori, Moch, dkk. 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Bse.depdiknas.go.id

0 komentar:

Posting Komentar