BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan adalah mahasiswa yang dididik
dan disiapkan untuk menjadi calon guru sekaligus calon pendidik. Oleh karena
itu, mahasiswa fakultas Tarbiyah dan Keguruan pasti tak akan lepas dengan dunia
pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial
budaya.
Dilihat dari fenomena yang ada, banyak guru yang hanya sekedar menjadi
guru, tidak menjadi pendidik. Hal itu dikarenakan kebanyakan guru tidak
memahami aspek sosial budaya yang mempunyai peranan penting dalam proses
mendidik.
Guru yang tidak menguasai aspek sosial budaya dalam mendidik peserta
didik, tidak akan mungkin menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Oleh
karena itu, agar menghasilkan peserta didik yang berkulitas, guru/pendidik
harus menguasai dan menyadari bahwa aspek sosial budaya sangat berpengaruh dan
berperan penting terhadap jalannya proses pendidikan.
Pemaparan di atas, kami jadikan latar belakang untuk menyusun makalah
ini yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan pemahaman para calon pendidik
untuk mempersiapkan diri menjadi pendidik yang berkualitas.
Dengan demikian, makalah Landasan Sosial Budaya Pendidikan ini, kami
persembahkan untuk kami dan mereka para calon guru masa depan yang berkualitas dan
akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Karena peserta didik yang
berkualitas hanya akan dihasilkan dari para pendidik yang berkualitas. Dalam
hal ini, pendidik yang berkulaitas adalah pendidik yang menguasai dan menyadari
akan pentingnya aspek sosial budaya dalam pendidikan.
A.
Rumusan
Masalah
- Apa pengertian
sosiologi pendidikan?
- Apa tujuan sosiologi
pendidikan?
- Apa yang di maksud
dengan sosiologi sebagai landasan pendidikan?
- Apa fungsi sosial
budaya terhadap pendidikan?
- Apa dampak konsep
pendidikan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum
menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus,
yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan
sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masyarakat desa, sosiologi
masyarakat kota, sosiologi agama, sosiologi hukum, sosiologi pendidikan dan
sebagainya. Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Beberapa
defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:
1.
Menurut F.G. Robbins,
sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur
dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan
filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan
kesemuanya dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses
sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian, dan hubungan kesemuanya
dengan proses pendidikan.
2.
Menurut H.P. Fairchild
dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
3.
Menurut Prof. DR S.
Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
4.
Menurut F.G Robbins dan
Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan
hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial
serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5.
Menurut E.G Payne, Sosiologi
Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari
segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6.
Menurut Drs. Ary H. Gunawan,
Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh
aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan,
ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan
sosiologis.
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala
moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir,
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial lain. Sosiologi pendidikan
terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari segi
etimologi tentu saja berbeda maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan
serta budaya manusia, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan.
Terutama dalam sistem memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini
memanfaatkan pendidikan sebagai instrument pemberdayaan tersebut.
Beberapa pemikiran pakar
mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut
George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan,
mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan
adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains
the institution, social group, and social processes, that is the spcial
relationships in which or through which the individual gains and organizes
experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga,
kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapatlah apa yang yang dinamakan sosial
itu individu memproleh dan mengorganisir pengalamannya-pengalamannya. Inilah
yang merupakan asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood
mengemukakan bahwa Education Sosiologi is
the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative
process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua
pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Menurut E.B Reuter,
sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari
lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan
dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan
kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu
dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (process social interaction).
F.G Robbins dan Brown
mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk
mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan
mempelajari kelakukan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
E.G Payne secara
spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang konfrenhensif tentang
segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi
pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang
dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan
guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan
latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan
sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.
Menurut Dictionary
of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Menurut Prof.
DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui
cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins,
Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas menyelidiki struktur
dan dinamika proses pendidikan.
Menurut penulis,
Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dengan berbagai definisi
tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan merupakan bagian dari
matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan
dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta didik.
B.
TUJUAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi
pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat
dan cara individu memperoleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S.
Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh
perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan
beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang
tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam
hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap
perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam
keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang
religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung
memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa
pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena
dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan
yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah
kesejahteraan sosial). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang
banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas sosial.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat
sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu
berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau
minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang
bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan/aktivitas
warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan
berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak
segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam
memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak
dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan
tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan
nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa
tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan
kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan
pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan
nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun
sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan
yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan
bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun
yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam
bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat
kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak
hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan
sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat
dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik
mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan
sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para
pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami
hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi
pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan
saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan
kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi
pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang
terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman
peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan
penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada
zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC), pendidikan
mengutamakan penciptaan manusia yang humanistis. Pada abad pertengahan,
pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi
Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an),
melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke
(1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada
nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution
(1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain
sebagai berikut:
1.
analisis
proses sosiologi
2.
analisis
kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
3.
analisis
intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat,
4.
alat kemajuan
dan perkembangan sosial,
5.
dasar untuk
menentukan tujuan pendidikan,
6.
sosiologi
terapan, dan
7.
latihan
bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan
sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam
pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan
instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan
masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan
penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap
individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan
dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian,
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya
yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi
penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan
sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang
bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara
implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi
pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan
pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan
keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai
menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal tujuan dan fungsi pendidikan itu
adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya
sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “
untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut
fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan:
1. untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
2. meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam
3. meningkatkan martabat manusia Indonesia,
4. mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-manusia
Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia
sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri, meningkatkan
mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan
nasional tersebut adalah untuk menciptakan masyarakat madani, yaitu suatu
masyarakat yang berperadaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab,
berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan
agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berlangsung
haruslah menciptakan arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian masyarakat
madani tersebut.
Menurut pandangan
Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat madani itu adalah masyarakat yang
berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada zaman Rasulullah
Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami
perubahan yang begitu cepat dan drastis, sehingga terjadi perubahan nilai dan
menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai yang berkembang dalam
masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama melihat nilai-nilai
lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk menggantikan
yang lama, sedang kelompok kedua melihat keruntuhan nilai-nilai lama itu,
tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu,
menyelinap masuk kedalam nilai-nilai baru dan membantu menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai
dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan oleh masyarakat. Namun dalam
memperhatikan nilai-nilai yang berkembang tersebut, arah yang menjadi anutan
antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya tidaklah sama. Tidak semua
masyarakat secara terarah memahami arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan
tujuan yang benar menurut Mulkham (1993:195) adalah “secara garis besar arah
dan tujuan hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama,
mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir
adalah berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun sosial yangb
terealisasi dalam laku ibadah”.
Sampai saat
ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dalam
menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan
masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan penguasaan ilmu
pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan
terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui
pendidikan.
C. SOSIOLOGI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN
Sosial mengacu pada
hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial merupakan aspek individu secara
alami, artinya aspek ini telah ada sejak ,manusia dilahirkan. Maka dari itu
perlu di kembangkan agar menjadi matang
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya, selain
mempelajari cara manusia berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya
serta susunan dan keterkaitan unit-unit masyarakat atau unit sosial dalam suatu
wilayah. Dapat pula dikatakan ilmu ini merupakan analisa ilmiah terhadap
proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
Kegiatan pendidikan merupakan proses
interaksi antara dua individu, dua generasi yang memungkinkan generasi muda
mengembangkan dirinya. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dalam
lembaga yang disebut SEKOLAH. Sekolah sengaja dibentuk oleh masyarakat agar
pola dan kegiatan pendidikan semakin intensif
Dasar sosiologis berkenaan dengan
perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan
merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial
di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi
pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem
pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. Hubungan
kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah
pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari
pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam
komunitasnya.
Menurut Made Pidarta, pembentukan karakter berdasarkan interaksi
sosial melalui empat bentuk :
1.
Imitasi (peniruan)
2.
Sugesti (meniru melalui himbauan atau paksaan)
3.
Identifikasi (meniru berdasarkan hal-hal
kecocokan dalam diri subyek)
4.
Simpati (meniru berdasarkan kesenangan)
Menurut Karyono, pembentukan karakter manusia melalui interaksi
sosial ditambahkan menjadi :
- Empati
- Introspeksi
Interaksi antar individu, antar kelompok,
terjadi karena ada aksi dan reaksi (dalam fisika dinyatakan sebagai Hukum 3
Newton), yaitu hubungan antara gaya dua benda yang besarnya sama namun arahnya
berlawanan. Interaksi ini terjadi dalam dunia persekolahan sebagai bagian kecil
dari masyarakat pendidikan yang membentuk karakter peserta didik.
Dari interaksi sosial ini akan memunculkan
budaya-budaya, seperti : budaya berpakaian, budaya bertingkah laku, budaya
berkarakter, budaya belajar, budaya menulis, budaya mendengarkan, budaya mengajar,
serta budaya-budaya yang lain yang terjadi dari interaksi sosial tersebut.
Nah, yang menjadi permasalahannya. Sebagai
landasan pendidikan, peran dan pandangan sosial budaya dari kacamata Islam dan
Kristen ~ sebagaimana aturan atau norma agama termasuk aturan yang mengikat
keteraturan harmonisasi hubungan antar individu dan antar kelompok yang perlu
dibahas serta dipertajam keberadaannya agar berbagai macam budaya dan latar
belakang sosial yang dibawa oleh peserta didik tidak berbenturan.
Secara normatif benturan-benturan
sosiokultural dapat di-asimilasi dalam Budaya Pancasila sebagaimana butir-butir
sila yang ada dan sudah dijalan sejak dulu kala, namun perkembangan kemajuan,
perkembangan zaman, perkembangan pergaulan masyarakat lokal, nasional, regional,
global menuntut adanya peningkatan hubungan tersebut.
Aspek-aspek benturan antara nilai-nilai
barat dan timur tidak dapat dihindari lagi, namun dapat disaring dan
disesuaikan agar beresonansi dengan aspek sosial budaya yang sudah berakar dan
berkembang di masyarakat Indonesia terutama dalam kaitannya dengan dunia
pendidikan ini.
Sistem pendidikan Barat sangat menginginkan
adanya pluralisme, keberanekaan aspek kehidupan boleh-boleh saja tetapi tetap
satu saja tujuannya bahkan ada yang menyatakan Agama itu berbeda-beda tetapi
tetap saja sama hakikatnya. (Nah, inilah bahaya pluralisme tersebut). Adat
istiadat dan budaya yang terserap dalam pluralisme itu yang perlu diantisipasi,
untuk diselaraskan sebagian dengan nilai-nilai adat, aturan, norma yang sudah lama
berlaku di masyarakat.
Sementara menurut falsafah negara Republik
Indonesia, Bhin
eka
Tunggal Ika, biarpun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. menggambarkan adanya
masyarakat pluralistis (memiliki sifat-sifat kemajemukan). Sejak zaman
kerajaan-kerajaan Nusantara, pemeluk agama Hindu dan Buddha serta Islam dapat
bergandengan tangan, bersatu, bergabung membentuk cikal-bakal Negara Indonesia.
Hingga zaman modern, Negara Republik Indonesia menyatakan di dalam UUD
1945 melindungi keberagaman agama dan aliran kepercayaan di Indonesia dengan
berbagai macam perbedaan ritual, adat, budaya, dan lain-lain. Juga memberikan
jaminan keamanan kepada berbagai suku daerah di Indonesia untuk berkembang dan
mengembangkan budayanya dengan tetap menjaga stabilitas dan harmonisasi tanpa
benturan yang mengarah pada konflik fisik dan cenderung kriminalis.
Dari sekian banyak norma yang berlaku di
masyarakat, hanya norma Agama yang memiliki ikatan dan belengu yang kuat untuk
tetap mempererat kebersatuan masyarakat Indonesia dalam ke-Bhinneka-an
tersebut, salah satunya sebagai landasan sosial budaya pendidikan dipandang
secara Islam dan Kristen.
Sosial mengacu kepada hubungan antar
individu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini
merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak
manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang
perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di
samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat
berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini
perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.
A. Sosiologi dan
Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Sosilogi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Empiris, adalah ciri utama sosiologi
sebagai ilmu.
- Teoretis,
adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk
budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan pada
generasi muda.
- Komulatif,
sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan
berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
- Nonetis,
karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau
buruk.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Sosiologi pendidikan meliputi
- interaksi
guru-siswa,
- dinamika
kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah,
- struktur
dan fungsi sistem pendidikan, dan
- sistem-sistem
masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Dalam sosiologi,
perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa
perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan pola itu
yang sebagai pengatur perilaku adalah nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan
dan perundang-undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan
pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan
1.
sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu
untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun
di masyarakat dan
2.
sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu
untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan
menciptakan ilmu serta teknologi baru.
B.
Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut
Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan
yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,1989)
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
- Penerus
keturunan dan pengasuh anak
- Pengembangan
kehidupan berekonomi
- Transmisi
budaya
- Meningkatkan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa
- Pengendalian
social
- Rekreasi
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh
- Originasi
atau penemua-penemua baru
- Difusi
atau percampuran budaya baru dengan budaya lama
- Reinterpretasi
atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman
C. Masyarakat dan Sekolah
- Sekolah
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat :
- Sekolah
milik masyarakat
- Sekolah
sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
- Sekolah
bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan
anak-anak.
- Masyarakat
memberi dukungan kepada sejumlah sekolah
- Perlu
ada badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyukseskan
pendidikan.
Masyarakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar
masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk
meningkatkan hidup dan kehidupan. Mengapa masyarakat atau para remaja bersikap
seperti itu, asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin
cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima.
Untuk membuat
kebudayaan, termasuk pendidikan di masyarakat, sebagai sesuatu yang tidak
selalu disadari olehh pendidik, menjadi wadah proses belajar sehingga anak
dapat berkembang wajar sejak awal, membutuhkan sejumlah pembenahan, yaitu :
1. Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikanditingkatkan.
2. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3. Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan.
4. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
2. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
3. Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan.
4. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan
berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah
digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam
belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di
masyarakat dan diberi kesempatan untuk memecahkannya, tentu tujuan itu
lama-lama akan tercapai.
Untuk itu, dalam masa transisi ini kalau
pendidikan akan dierorganisasi, perlu :
1.
Memasukkan materi pelajaran yang diambil
dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
2.
Metode belajar yang mengaktifkan siswa
baik individual maupun kelompok.
3.
Beberapa kali mengadakan survei di
masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
4.
Ikut memecahkan masalah masyarakat dan
keluarga.
5.
Memberi kesempatan berinovasi atau
kreatif menciptakan sesuatu yang baru yang lebih baik tentang hidup dan
kehidupan.
D. FUNGSI SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
Dalam perkembangan landasan sosial
budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu :
Yaitu
masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat
demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung
jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta
memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara ba
ngsa.
b.
Transmisi
budaya
Sekolah berfungsi
sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan
pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada
sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat
pendidikan tinggi.
Pengendalian
sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan
menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi
melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga
pendidikan.
d.
Meningkatkan
Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan sebagai
budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya
taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
Hubungan antara lembaga
pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik.
Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan
dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau
sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga
masyrakat.
E. DAMPAK KONSEP PENDIDIKAN
Konsep pendidikan
mengangkat derajat manusia sebagai mahluk budaya yaitu mahluk yang diberkati
kemampuan untuk menciptakan kemampuan
untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah
kegiatan melontarkan niali-nilai kebudayaan dari generasi yang satu ke generasi
yang berikutnya. Pendidikan sebagai proses adalah suatu kegiatan memperoleh dan
menyampaikan:
1.
Nilai-nilai sosial budaya bangsa adalah
nilai-nilai yang kita jungjung tinggi, kita amalkan, kita amankan adalah
nilai-nilai yang taat dalam pancasila.
Dengan demikian nilai-nilai hidup kita adalah nilai keagamaan nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan sosial.
2.
Kesadaran aspirasi pandangan hidup,
cita-cita nasional dan tanggung jawab pendidikan merupakan adanya kesadaran
terhadap semua hal (aspirasi pandangan hidup, cita-cita nasional, dan tanggung
jawab pendidikan) merupakan kunci pokok dari keberhasilan usaha mencapai
tujuan.
3.
Dinamika ilmu pengetahuan teknologi dan
ekonomi.
Ketiga hal di atas
sangat erat hubungan dengan kegiatan pendidikan dimanapun pendidikan itu
dilaksanakan(tim dosen IKIP Malang, 1998:156) sesudah membahas sosiologi, kebudayaan
masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep
pendidikan.
a.
Keberadaan sekolah tidak dapat dipisah
dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang sekolah seharusnya
menjadi agen pembangunan di masyarakat.
b.
Perlu dibentuk badan kerjasama antara
sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil-wakil orang tua siswa
untuk memajukan pendidikan.
c.
Proses sosialisasi anak-anak perlu
ditingkatkan.
d.
Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk
belajar.
Kebudayaan menyangkut
seluruh cara hidup dan kebudayaan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut
mempengaruhi pendidikan atau pengembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga
dapat mengubah kebudayaan anak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis.
Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, perkembangan dan
kemajuan sosial, partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan
sosial. Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan
meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sosial mengacu pada
hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur social merupakan
aspek individu secara alami, artinya aspek ini telah ada sejak ,manusia
dilahirkan. Maka dari itu perlu di kembangkan agar menjadi matang
Fungsi
sosial budaya pendidikan:
1.
Mewujudkan
masyarakat yang cerdas
- Transmisi budaya
3.
Pengendalian
Sosial
4.
Meningkatkan
Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
5.
Analisis
Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Kebudayaan menyangkut
seluruh cara hidup dan kebudayaan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut
mempengaruhi pendidikan atau pengembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga
dapat mengubah kebudayaan anak
Konsep pendidikan
mengangkat derajat manusia sebagai mahluk budaya yaitu mahluk yang diberkati
kemampuan untuk menciptakan kemapuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan
fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan niali-nilai kebudayaan
dari generasi yang satu ke generasi yang berikutnya.
B.
Saran
Alangkah luas ilmu
Allah. Jika lautan dijadikan tinta, dan seluruh tumbuhan yang ada di muka bumi
ini dijadikan pena, maka tidak akan cukup untuk menuliskannya. Itulah ilmu
Alah.
Beberapa referensi,
sumber dan literatur, telah kami kumpulkan dan kami jadikan bahan dalam
menyusun makalah ini. Akan tetapi, kekurangan sudah menjadi barang tentu.
Karena ini hanyalah sedikit dari ilmu Allah.
Untuk menutupi
kekurangan sekaligus menjawab kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan makalah
ini, kami menyarankan sekaligus merekomendasikan agar pembaca langsung membaca
dan merujuk pada sumber yang kami gunakan. Untuk itu, dalam makalah ini, kami
sertakan daftar pustaka.
DAFTAR
PUSTAKA
Made,
Pidarta. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Ruswandi,
Uus. Hermaw an Heris, A. Nurhamzah.
Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri, 2008.
Sutikno
Sobry, M. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect, 2008.
Tim
Sosiologi. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta:
Yudhistira, 2003.
H.
Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang
Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Hartoto.
2008. Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana.
wordpress.com, diakses 20 Maret 2008).
0 komentar:
Posting Komentar